BAJU ADAT, CIPTAKAN SUASANA UNIK SIDANG AKHIR MATA KULIAH
UINSA Newsroom, Rabu (11/12/2019); Pemandangan berbeda ditemui di gedung perkuliahan H2 UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya sejak Selasa-Rabu, 10-11 Desember 2019. Terlihat lalu lalang mahasiswa menggunakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka tidak sedang melakukan karnaval atau pawai budaya, melainkan sedang menyiapkan diri untuk sidang akhir mata kuliah. Ya, mereka adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan UINSA yang mengambil program mata kuliah Konservasi Sumberdaya Pesisir dan Laut.
Ketentuan yang mengharuskan peserta sidang menggunakan pakaian adat berawal dari keinginan untuk menghadirkan suasana baru dalam sidang akhir mata kuliah. “Selama ini mahasiswa selalu menggunakan kemeja atau atasan putih dan bawahan hitam ditambah jas almamater. Jadi supaya tidak membosankan dan suasananya lebih cair ketika sidang, maka kami memberikan ketentuan menggunakan pakaian adat pada saat pelaksanaan sidang,” tutur dosen pengampu mata kuliah tersebut, Dian Sari Maisaroh, M.Si.
Di sisi lain, mahasiswa menyambut baik ketentuan tersebut. “Meskipun diawal sempat bingung mau pakai baju apa, tapi saya merasa ini unik,” ujar Firdaus Achmad Rizqiyanto yang menggunakan pakaian adat Yogyakarta lengkap dengan blangkonnya. “Saya belajar untuk lebih bangga dengan adat dan budaya Indonesia,” tambah Lutvi Dwi Wulandari, Mahasiswa Semester 5 Program Studi Ilmu Kelautan UINSA.

Konservasi Sumberdaya Pesisir dan Laut merupakan salah satu mata kuliah pada Program Studi Ilmu Kelautan yang menerapkan metode pembelajaran Project Based Learning. Dengan demikian, diakhir perkuliahan dilaksanakan sidang akhir. Dimana peserta mata kuliah diwajibkan untuk mempresentasikan hasil dari riset mini yang telah dilakukan. Sidang akhir mata kuliah Konservasi Sumberdaya Pesisir dan Laut ini tidak hanya menyajikan kelestarian lingkungan tapi sekaligus kelestarian adat istiadat Indonesia.
Mauludiyah, MT., yang juga merupakan dosen pengampu mata kuliah tersebut mengungkapkan, bahwa salah satu capaian yang diharapkan dari mata kuliah ini adalah mahasiswa dapat menganalisis suatu wilayah pesisir dan ekosistem disekitarnya. Diantaranya sebagai kawasan konservasi perairan berdasarkan beberapa kriteria. Yang mana terbagi dalam tiga potensi, yaitu potensi ekologis, sosial budaya, dan ekonomi. “Kearifan lokal, norma, adat istiadat, corak budaya, dan tradisi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Tidak terkecuali dalam penentuan suatu kawasan konservasi perairan,” pungkasnya. (FST/UINSA)