MELALUI KERJASAMA FISIP-BPPK, PRODI HI FISIP UINSA GELAR WEBINAR PREDIKSI RELASI RI-TIONGKOK
UINSA Newsroom, Kamis (30/07/2020); Kali pertama laporan tentang adanya Covid-19 terjadi di Wuhan pada akhir tahun 2019. Temuan ini kemudian menyebar ke setiap Kawasan negara-bangsa di seluruh belahan bumi, salah satunya Indonesia. Wabah global Covid-19 ini telah menyebabkan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan umat manusia. Termasuk juga memberikan pengaruh pada relasi antara Indonesia dan Tiongkok dalam berbagai aspek kehidupan.
Berawal dari pemikiran itulah maka Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri RI mengadakan Webinar pada Kamis, 30 Juli 2020. Menjadi tema pada kegiatan ilmiah tersebut adalah Relasi Indonesia-Tiongkok di masa pandemi; peluang dan tantangan. Hadir pada kesempatan tersebut Prof. H. Masdar Hilmy, S.Ag., MA., Ph.D., dan Ina Hagniningtyas Krisnamurthi, Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi Kementerian Luar Negeri.
Prof. Masdar dalam opening speech-nya menyampaikan, bahwa webinar tersebut menjadi sangat penting setelah dunia mengalami hajaran pandemi global Covid-19 yang sanggup mempengaruhi hubungan antar berbagai negara, termasuk relasi antara Indonesia dan Tiongkok. Pentingnya webinar pagi ini dalam rangka menemukan format baru relasi antara kedua negara tersebut setelah keduanya berjuang menghadapi wabah Covid-19 menuju dunia baru yang lebih baik. “Webinar yang pagi ini sangat penting untuk membentuk relasi indah antara Indonesia dan Tiongkok setelah kedua negara tersebut dihajar oleh wabah,” ujarnya di awal webinar.
Menyambung apa yang disampaikan Rektor UINSA tersebut, Ina Hagniningtyas Krisnamurthi, dalam kapasitasnya sebagai Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi Kementerian Luar Negeri juga menyampaikan pentingnya menjaga relasi antara Indonesia-Tiongkok pasca wabah Covid-19. Dalam paparannya, Ina menyampaikan beberapa fakta pada perkembangan sosial, ekonomi, dan politik terkait relasi kedua negara saat wabah terjadi. Salah satunya adalah tentang peluang peningkatan kerjasama dalam bidang ekonomi, pendidikan, militer, dan juga kesehatan setelah masa wabah ini berjalan. “Ke depan, peluang peningkatan kerjasama di bidang pendidikan dan kesehatan menjadi sangat potensial untuk menguatkan hubungan Indonesia dan Tiongkok.
Pada sesi selanjutnya dilakukan presentasi dari beberapa narasumber yang sengaja dihadirkan pada kesempatan tersebut. Narasumber pertama adalah Listyowati yang sehari-harinya menjadi tenaga Fungsional Diplomat Ahli Madya BPPK Kemenlu RI. Berikutnya adalah Dyah Lestari Asmarani, Kepala Pusat P2K2 Aspasaf BPPK Kemenlu, M. Fathoni Hakim, Kaprodi HI FISIP UINSA, dan Novi Basuki, Kandidat Doktor Sun Yat Sen University, Guangzhou, China. Webinar itu sendiri dimoderatori Zakky Ismail yang juga menjadi Sekretaris Prodi HI FISIP UIN Sunan Ampel.
Setelah moderator membuka dan mempersilahkan narasumber memaparkan materi, tampil dalam kesempatan pertama Listyowati. Dalam pemaparannya, Tenaga Fungsional Diplomat Ahli Madya BPPK di Kemenlu ini menyampaikan beberapa data yang mengilustrasikan berbagai perkembangan tentang hubungan person of person antar warga kedua negara. “Memang wabah Covid ini ini sangat mempengaruhi hubungan kedua negara, namun kita harus tetap menjaga hubungan yang beberapa di antaranya pada aspek pendidikan, ekonomi, dan kesehatan,” ujarnya.
Pada sesi berikutnya, Kepala Pusat P2K2 Aspasaf BPPK Kemenlu menyampaikan pemaparan. Kesempatan itu digunakannya untuk menyampaikan rasa syukurnya atas webinar tersebut sebagai wujud kerjasama antara FISIP UINSA dengan Kemenlu. Memang kegiatan webinar itu terselenggara atas Kerjasama antara BPPK Kemenlu dengan FISIP UINSA yang kemudian dirangkai dengan diadakannya riset tentang prediksi masa depan relasi antara Tiongkok dan Indonesia pasca wabah Covid-19. “Mungkin orang yang paling bersyukur saat ini adalah saya karena kita bisa bekerjasama antara BPPK dan FISIP UINSA dalam bentuk webinar dan penelitian,” tegasnya.
Senada dengan dua narasumber sebelumnya, Fathoni Hakim dan Novi juga menyatakan hal yang sama pada webinar tersebut. Keduanya menyampaikan, bahwa sejarah hubungan antara masyarakat Nusantara dan Tiongkok di masa lalu menjadi pondasi yang kuat dalam mengikat hubungan kedua negara dalam menghadapi wabah yang sedang terjadi. Relasi antar komunitas dan individu yang secara langsung maupun tidak langsung telah terkoneksi jauh sebelum wabah Covid ini terjadi, menjadi penguat sekaligus pengikat hubungan keduanya.
Webinar tersebut memang sebenarnya menjadi tanda dari dimulainya kerjasama antara FISIP dengan BPPK Kemenlu. Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan Surat Perjanjian Kontrak Kerja antara BPPK dan FISIP UINSA. Kerjasama tersebut terkait dengan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan beberapa bulan ke depan oleh civitas akademika FISIP UINSA terkait dengan tema masa depan hubungan Indonesia dan Tiongkok pasca wabah Covid yang terjadi. (C)