PENGIDAP HIV/AIDS DI TENGAH PANDEMI COVID-19
Refleksi Hari AIDS Sedunia Tahun 2020
Oleh : Dwi Rukma Santi, SST., M.Kes.
Fakultas Psikologi & Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya
Tanggal 1 Desember 2020 kita kembali lagi memperingati Hari AIDS Sedunia (HAS) atau lebih dikenal dengan Hari AIDS Internasional. Peringatan tersebut bertujuan untuk selalu mengingat yang sudah meninggal akibat AIDS serta untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV.
Tema HAS pada tahun ini adalah “Solidaritas Global Kunci Utama Lawan Wabah!” yang bertujuan untuk memberikan dukungan dan perlindungan kepada tenaga medis agar tetap memberikan pelayanan pengobatan pada penderita HIV/AIDS saat wabah pandemi COVID-19. Pelayanan difokuskan pada kelompok rentan yang sudah berisiko serta memperluas cakupan pada anak-anak dan remaja.
Virus corona saat ini tengah menjadi sorotan utama, akan tetapi di sisi lain kita juga masih terus berjuang melawan virus mematikan lainnya, yaitu HIV. Sebuah studi yang dilakukan oleh Program bersama PBB untuk penanganan AIDS (UNAIDS) menyebutkan bahwa tindakan lockdown akibat pandemi COVID-19 telah menghambat upaya penanganan infeksi HIV/AIDS khususnya bagi wanita dan anak perempuan secara global. Studi tersebut juga menyebutkan bahwa dampak pandemi, perhatian dan sumber daya pemerintah turut bergeser dalam melindungi populasi yang rentan terkena HIV/AIDS.
Masa pandemi seperti sekarang ini memang berisiko tinggi terhadap orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA). Dampak yang paling terasa adalah pengobatan terhadap ODHA, terkait distribusi dan ketersediaan obat antiretroviral (ARV). Selain itu juga, ODHA merupakan kelompok yang lebih rentan terinfeksi virus corona. Sebuah analisis dari data di Afrika Selatan menunjukkan bahwa ODHA memiliki kemungkinan 2,75 kali lebih besar untuk meninggal jika terinfeksi virus corona dibandingkan pasien tanpa penyakit penyerta (komorbiditas). Peluang ini dimiliki terlepas dari apakah mereka mengkonsumsi obat ARV atau tidak.
ODHA yang menjalani terapi ARV harus mengonsumsi obat tersebut setiap hari. Jika tidak, tubuhnya bisa saja mengalami resisten dan memerlukan pembiasaan lagi pada jenis ARV lain. Bahkan, ARV bisa tidak berfungsi dalam beberapa kasus tertentu.
Sebagai tambahan ada beberapa poin yang juga perlu diperhatikan bagi teman-teman ODHA, antara lain:
- Tidur minimal 8 jam sehari atau sesuaikan dengan kebutuhan tidur sesuai usia.
- Stok obat setidaknya untuk 30 hari (konsultasikan lebih lanjut dengan dokter di layanan kesehatan Anda)
- Pastikan pasokan obat-obatan yang memadai untuk mengobati infeksi/penyakit lainnya serta kecanduan.
- Carilah informasi berdasarkan sumber-sumber yang dapat dipercaya (Lebih kritis dalam membaca dan menyebarkan tulisan, foto, dan video singkat di Whatsap atau media sosial lainnya tanpa sumber yang jelas sebelum di cek kebenarannya). Hentikan sejenak mencari info secara terus-menerus terkait pandemi COVID-19 jika hal tersebut akan membuat lebih gelisah, susah tidur atau menimbulkan kepanikan yang sudah tidak wajar.
- Lakukan aktivitas yang menyenangkan dan sebisa mungkin meminimalisir stres. Beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan, antara lain :
- Menjalin komunikasi dengan teman, sahabat, keluarga dan orang-orang terdekat secara virtual
- Olahraga, untuk tetap menjaga kondisi tubuh yang fit.
- Relaksasi, mendengarkan musik, berkebun, memasak, bermain dengan hewan peliharaan, membaca buku, bermain game, atau kegiatan apapun yang mampu mengurangi rasa stress.
- Pembatasan sosial saat ini juga pasti bukan hal yang mudah untuk semua orang, oleh karena itu, carilah kegiatan yang bisa membawa perasaan positif.
- Selalu terapkan protokol kesehatan dengan selalu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Penting untuk dipastikan agar ODHA yang belum mendapatkan pengobatan ARV agar segera memulainya. Bagi orang yang merasa berisiko disarankan untuk memeriksakan diri agar perkembangan penyakit terkait HIV/ADIS dapat dikendalikan dan mengurangi komplikasi dari penyakit lainnya dalam situasi pandemi COVID-19.