SELAMAT! JIIs UINSA RAIH PREDIKAT TERTINGGI Q1 VERSI SCIMAGO JR
UINSA Newsroom, Sabtu (13/06/2020); “Rektor dan segenap Keluarga Besar UIN Sunan Ampel Surabaya mengucapkan selamat dan sukses kepada Journal of Indonesian Islam (JIIs) atas keberhasilannya meraih Quartile terbaik (Q1) dengan SJR 0,201 dalam bidang Religious Studies and History pada rumpun Art and Humanities.”

Hal itu disampaikan Rektor UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Prof. H. Masdar Hilmy, S.Ag., MA., Ph.D., menyusul capaian fenomenal Journal of Indonesian Islam (JIIs) sebagai Jurnal terbaik di kalangan PTKIN tersebut. Lima Jurnal PTKIN yang terindeks Scopus dan memiliki skor Scimago JR (SJR) antara lain Journal of Indonesian Islam (JIIs)-UINSA (Q1) dengan SJR 0.201; Qudus International Journal of Islamic Studies (QIJIS)-IAIN Kudus (Q1) dengan SJR 0.199; Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies (IJIMS)-IAIN Salatiga (Q1) dengan SJR 0.174; Studia Islamika-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan SJR 0.171; dan Al Jami’ah-UIN Sunan Kalijaga (Q2) Yogyakarta dengan SJR 0.150.
Executive Editor JIIs, Dr. Phil. Khoirun Niam, menjelaskan, Scimago JR melakukan perangkingan jurnal-jurnal yang terindeks di Scopus dengan mengkategorikan dalam empat kelompok (Quartile) yaitu Q1, Q2, Q3 dan Q4 berdasarkan kelompok bidang ilmu yang dinaungi jurnal. Capaian Q1 JIIs merupakan kerja tim yang panjang. Digagas pada 2005, JIIs baru bisa terbit perdana pada tahun 2007. Selanjutnya tahun 2016 JIIs terindeks Scopus. Tetapi yang patut disukuri, menurut Dr. Niam, adalah dokumen JIIs sejak tahun 2007 terdapat di database Scopus. Sehingga laman JIIS di Scopus disebut coverage years indeksasinya sejak tahun 2007. Hingga saat ini JIIs memiliki dokumen di Scopus sebanyak 188 artikel dengan 112 author.

Selain itu, Jurnal yang diterbitkan Lembaga Studi Agama dan Sosial (LSAS) dan Program Pascasarjana (PPS) UINSA ini telah memiliki 13 Volume terbitan dengan jumlah rata-rata 10 artikel pada masing-masing nomor. “Tahun 2005, waktu itu Pembantu Rektor 1, Prof. Thoha Hamim meminta kami para lulusan luar negeri untuk bisa menerbitkan jurnal yang sekelas dengan Studia Islamika. Latar belakang esensialnya adalah, bahwa kami ingin dunia melihat wajah Islam Indonesia secara scientific-objektif, serta untuk mengisi rak-rak akademis di berbagai perpustakaan dunia dengan informasi mengenai dunia Islam dari ilmuan Islam,” ujar Dr. Niam.
Lulusan Institut fuer Islamwissenchaft, Freie Universitaet, Berlin, Jerman ini berharap, agar kedepan JIIs dapat merambah indeksasi jurnal pada skala yang lebih tinggi. Harapan lainnya, tentu agar capaian ini bisa ditingkatkan untuk tahun-tahun mendatang, khususnya nilai SJR-nya. “Kami tentu bangga dengan capaian JIIs. Ini merupakan kenikmatan tak terhingga dari kerjasama teamwork yang sejak awal solid,” imbuh Dr. Niam.

Hal senada juga disampaikan Rektor, Prof. Masdar. Alumni magister dari MacGill University, Canada dan Doktoral dari Melbourne University, Australia yang juga tercatat sebagai salah satu Editorial Board JIIs ini, mengungkapkan rasa bangga sekaligus mengapresiasi capaian tertinggi tersebut. Rektor berharap, capaian JIIs dapat menginspirasi jurnal-jurnal lain di Lingkungan UINSA agar semakin berkembang dan produktif.
Kendati diakui, gairah kepenulisan jurnal belum sepenuhnya menjadi habit dan kebutuhan. Namun Rektor percaya, bahwa Jurnal merupakan kebanggaan dan ruh dari kampus. Sehingga dukungan berupa reward system untuk pengelola dan penulis jurnal internasional pun tengah disiapkan.

“Nama baik jurnal otomatis akan mengerek nama baik UINSA. Kami pasti siapkan reward system untuk pengelola dan penulis journal international bereputasi. Kebijakan sudah dimatangkan, tinggal action. Target lainnya adalah harus ada jurnal-jurnal lain di UINSA yang meraih akreditasi Sinta 1,” tukas Prof. Masdar menegaskan.
Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.Dip.SEA,M.Phil, Ph.D., selaku Editor in Chief JIIs pun menegaskan, bahwa capaian ini merupakan bentuk apresiasi lembaga internasional yang harus dijadikan sebagai cambuk untuk lebih serius dalam mengelola JIIs ke depan.

Buah Dedikasi Tim
‘Buah dedikasi tim,’ begitulah capaian tertinggi ini disebut. Prof. Muzakki dalam rekam jejaknya menggawangi pengelolaan JIIs pun mengakui beratnya menjadi editor jurnal internasional bereputasi. “Sangat biasa sekali (pada awal terbit dulu), jika editor harus menjadi tukang jahit. Kadang hanya perbaiki sebagian. Kadang harus menjahit agak banyak. Itu semua dilakukan agar tulisan sesuai dengan standar artikel jurnal internasional bereputasi. Karena itu tugas editor berat sekali,” kisah Editor in Chief JIIs yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UINSA tersebut.
Namun, penat dan keluh kesah pengelola pun terbayar dengan apresiasi hebat itu. Bahkan, saat ini begitu banyak artikel masuk, sehingga redaksi mempunyai keleluasaan memilih artikel terbaik untuk dapat diteruskan ke reviewer. Karenanya, Prof. Muzakki menyampaikan bahwa sesungguhnya pengelola JIIs memang tidak perlu jumawa (sombong, red) tapi tetap layak diacungi apresiasi. “Bantulah kami semua pengelola untuk konsisten menjaga profesionalisme. Sebab, apresiasi tertinggi Q1 itu bukan main-main. Semua perlu memahami tugas berat mengelola jurnal Q1 itu,” harap Prof. Muzakki.

Alumnus magister dari The Australian National University (ANU) Canberra Australia ini pun tak segan menyebut para pegiat jurnal sebagai orang ‘gila’ dengan mental pejuang. Karena menurut Prof. Muzakki, hanya orang ‘gila’ yang hadir dalam komitmen tinggi mengelola jurnal. Si ‘gila’ pejuang dengan mental akademik yang tinggi serta profesionalisme yang kuat.
Kedepan, Prof. Muzakki memiliki harapan menjadikan JIIs sebagai referensi sekaligus bacaan wajib bagi peminat kajian Islam Indonesia. Sehingga materi publikasi hingga kualitas pengelolaan perlu menjadi perhatian utama. Mulai dari peningkatan tata kelola hingga peningkatan mutu SDM pengelolanya.

“UINSA menjadi bukti bahwa PTKI bisa hebat melalui publikasi bereputasinya. Sisanya adalah dukungan pimpinan sebagai proteksi untuk menjaga profesionalisme pengelolaan jurnal. Yang lain adalah tugas semua untuk menjaga agar jurnal ini terus bisa menjamin mutu terbitannya,” tukas peraih gelar Ph.D dari The University of Queensland Australia ini. (Nur/Humas)